Senin, 01 Juni 2009

Meraih Rahmat dengan Tobat

Berikut ini adalah sebuah kejadian nyata di kota Riyadh. Seorang lai-laki yang berumur 40 tahun selalu menenggak minuman keras dan berzina dengan pelacur setiap malam. Seluruh hidupnya kelam, menjijikkan, dan jauh dari Allah Swt. Ia melewati siang dan malam dengan perilaku seperti itu. Lalu ia menikah. Akan tetapi, setelah menikah, perilakunya semakin buruk.

Dari pernikahan itu, ia dikaruniai seorang anak perempuan. Anak itu tumbuh besar dan mencapai usia lima tahun, tetapi jarang sekali ia bertemu dengan ayahnya. Pada malam hari, ketika ia tidur, ayahnya begadang untuk berbuat maksiat kepada Allah. Pada pagi hari, ketika ia bangun tidur, ayahnya sudah pergi ke tempat kerja.

Pada suatu malam, laki-laki itu telah sepakat dengan teman-temannya untuk mengadakan pesta minuman keras. Namun atas kehendak Allah, teman-temannya tidak datang. Lalu ia sendiri menceritakan sendiri perjalanan hidupnya itu. Ia berkata, “Aku mencari teman-temanku di setiap tempat, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya, aku menemui temanku yang lain dan meminjam kaset porno darinya. Fil porno itu sangat buruk sehingga jangankan manusia, iblis pun akan malu melihatnya. Aku mengambilnya dan pulang ke rumah pada pukul dua malam.

“Ketika masuk rumah, kudapati istri dan putriku telah tertidur. Aku masuk ke kamar lain untuk menyetel video porno yang merusak moral kaum muda Muslim itu. Kunyalakan video itu. Akan tetapi, ketika aku sedang asyik menonton, tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata, putriku yang baru berumur lima tahun itu masuk ke kamar. Ia mendekat kepadaku dan memandangiku dengan sorot mata yang tajam. Ia berkata, “Tontonan yang sangat buruk! Ayah, takutlah kepada Allah!” aku bingung dan tak habis piker. Aku bertanya dalam hati, “Siapa yang telah mengjarinya mengucapkan kalimat seperti itu?” Sudah pasti, Allah Swt. Yang mengajarinya.

Selanjutnya laki-laki itu berkata, “Kumatikan video lalu aku keluar, dan kupandangi putriku. Ia pergi dan tidur lagi dalam dekapan ibunya. Aku termenung sambil terus memandangi putriku yang sedang tidur. Tiba-tiba, kudengar suara azan subuh. Lalu aku pergi ke masjid untuk menunaikan shalat subuh, padahal selama ini aku tidak pernah merasakan keinginan untuk shalat. Setelah selesai shalat, aku memikirkan apa yang telah dilakukan putriku, lalu aku menangis tersedu-sedu sehingga orang-orang mengira bahwa telah terjadi sesuatu pada diriku. Aku berkata kepada mereka,”Wahai hamba-hamba Allah, pulanglah!”

“ketika pagi tiba, aku menemui seorang temanku, dan kuceritakan kepadanya apa yang kualami itu. Ia berkata, ‘Bersyukurlah kepada Allah karena Dia hanya mengutus anak kecil dalam keadaanmu seperti ini, tidak mengutus malaikat maut. Sekarang pulanglah ke rumah, dan nanti sore kita mengobrol lagi.’

“Aku keluar dari rumah temanku. Akan tetapi, aku tidak pulang ke rumah, melainkan pergi ke masji di Al Hayy. Di sana, aku melantunkan azan untuk shalat dzuhur. Ketika temanku bertemu denganku, ia bertanya, ‘Mengapa engkau tidak pulang ke rumah?’

“Aku menjawab, ‘Di dalam rumah Allah ini, aku menemukan ketenangan, karena sudah tujuh tahun aku meninggalkan shalat. Sekarang aku menenmukan ketenangan dan ketenteraman dalam shalat.’

“Temanku berkata, ‘Sekarang pulanglah ke rumah! Nanti sore kita bertemu lagi.’ Aku pun segera pulang. Kuketuk pintu rumah, dan ketika pintu itu dibuka, tiba-tiba istriku menjerit di hadapanku. Aku bertanya, ‘Ada apa?’ Dia menjawab, ‘Putrimu telah meninggal tadi subuh.’

Laki-laki itu kaget bukan kepalang. Ia segera member tahu teman-temannya lewat telepon dan mengurus jenazah putrinya. Ia sendiri yang membawa jenazah itu ke pekuburan. Ketika menguburkannya, ia menangis tersedu-sedu. Ia berkata, “Demi Allah, aku tidak menguburkan putriku, tetapi menguburkan cahaya yang telah menerangi jalan kebenaran bagiku. Sejak hari ini, aku bertobat dan kembali kepada Allah.”

Orang itu sekarang menjadi juru dakwah yang ikhlas. Kita memohon kepada Allah agar Dia berkenan menerima tobatnya, juga tobat kita, sehingga menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertobat. Sesungguhnya Allah paling mengasihi dari segala yang mengasihi dan berkuasa untuk mrngabulkan doa.



(Syaikh Ahmad Al Sa’dani. 2005. Mawarid Al Zham’an fi Durus Ramadhan. Mesir: Dar Al Wafa’)


1 komentar: